Minggu, 17 Februari 2008

nikmat tiada tara

2 February 2008

Kadang Q sadar klo ternyata Allah telah memberiku nikmat yg tiada tara. Kehidupan sekarang yg Q jalani merupakan moment yg terbaik buat Q. saat ini, kebutuhan hidup kian mencekik, harga2 kebutuhan pokok makin melambung tinggi hingga masyarakat kecil kian menderita. Mereka sudah tak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidup.

Akhir2 ini Q diajak oleh ibuQ berbelanja ke pasar, maklumlah jadi supir pribadi (hehe). Setiap ibuQ berbelanja ia selalu mengeluh harga susu, sabun, deterjen merangkak naik dari hari ke hari. Kemarin harga susu bubuk ukuran 250 gr seharga rp.21 ribu rupiah, beberapa hari kemudian harga susu naik menjadi Rp.23 ribu rupiah. Itu baru kenaikan satu produk, belum kenaikan produk keperluan sehari2. Q jadi berfikir, ortuQ yg jadi PNS aja mengeluh, apalagi rakyat miskin yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan.

Belum lagi mahalnya biaya pendidikan yang semakin tak terjangkau bagi masyarakat miskin. Sebenarnya ortuQ jg merasa berat untuk membiayai kuliahQ, yg tiap semester mencapai rp. 3,5 jt. Tp bagaimana lg, sekarang kuliahQ sudah setengah jalan hingga mau tidak mau harus tetap dilanjutkan. Untunglah kadang klo sudah rejeki tak kan pergi kemana, kadang klo sedang musim panen padi atau kacang tanah dan beberapa hasil bumi lainnya, hasilnya dijual untuk mencukupi kebutuhan sehari2. at least, oruQ punya tambahan penghasilan dari bertani. Kadang jg ortuQ menyewakan beberapa petak sawah kepada beberapa orang untuk sekian tahun. Hasilnya kemudian didepositokan untuk biaya darurat suatu hari nanti.

Hidup di desa memang penuh dengan kesederhanaan. Sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan penggarap sawah, sebagian pergi merantau ke negeri orang untuk mencari penghidupan yg layak dengan menjadi TKI-meski dengan berat hati meninggalkan keluarga tercinta-, sebagian kerja di sector pemerintahan dan sebagian menjadi pedagang kelontong, pedagang sayur keliling dan berjualan di pasar. Tentunya dengan pekerjaan sebagai penggarap sawah yg setiap harinya mendapat upah Rp.10 rb perbulan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari2, terpaksa mereka harus hidup lebih irit. Terkadang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mereka beternak dengan memelihara ayam, sapi, kambing untuk kemudian dijual. Untuk pakan ternaknya, mereka sering mencari rumput di sekitar sawah mereka.

Dengan pendapatan yg pas pasan pula, mereka tak bisa hidup mewah, hanya mampu makan sehari2 dengan lauk yg sederhana, seperti tempe, tahu. Namun akhir2 ini, harga kedelai yg merupakan bahan baku membuat tempe naik. Masysarakat Indonesia masih mengimpor kedelai dari Amerika Serikat dalam jumlah yg banyak. Akibatnya masyarakat miskin yg biasa mengkonsumsi tempe kelabakan. Dulu harga tempe termurah adalah Rp.100,00. sekarang harga naik 100 % menjadi Rp.200,00. Kenaikan satu bahan pokok pasti akan diikuti oleh kenaikan bahan makanan pokok yg lain. Hmm...beban hidup makin susah saja.

Tidak ada komentar: